Infeksi pada orang dewasa pada umumnya tidak menyebabkan gejala apapun (hanya sekitar 10 -20 % kasus yang menunjukkan gejala). Gejala yang muncul pun tidak khas, dapat berupa demam, sakit kepala, cepat lelah dan kadang radang paru-paru atau jantung.
Namun bila seorang ibu hamil terkena infeksi primer (baru), maka ada kemungkinan 40% bayi yang dikandungnya terinfeksi juga. Infeksi pada kehamilan muda dapat menyebabkan abortus atau lahir mati, sedangkan infeksi pada kehamilan lebih lanjut atau menjelang kelahiran dapat berakibat bayi lahir prematur atau lahir cukup bulan dengan gejala toxoplamosis kongenital atau bayi dilahirkan normal dan gejala toxoplasmosis baru timbul beberapa minggu atau beberapa bulan/tahun setelah kelahiran. Bayi yang terinfeksi akan menunjukkan gejala chorioretinitis (infeksi pada selaput jala mata), hidrosefalus (kepala yang membesar karena adanya gangguan cairan otak), mikrosefali (kepala yang kecil), pengapuran otak dan gangguan psikomotor.
Bila ibu terinfeksi 6 bulan atau lebih sebelum hamil, maka tidak ada resiko bagi janin yang dikandungnya. Sementara bila kurang dari 6 bulan, insidens terjadinya penularan infeksi melalui plasenta meningkat. Dalam kehamilan, jika ibu terinfeksi pada trimester pertama maka insidens infeksi melalui plasenta paling rendah (15%) tetapi penyakit yang ditimbulkannya paling berat. Jika ibu terinfeksi pada trimester ketiga, maka maka insidens infeksi melalui plasenta paling tinggi (65%) tetapi biasanya bayi yang lahir tidak menunnjukkan gejala.
Mengingat efek infeksi yang demikian serius dapat terjadi pada janin dan bayi yang ditularkan melalui infeksi pada ibu hamil maka sebagian dokter melakukan pemeriksaan secara rutin untuk ibu-ibu yang merencanakan kehamilan, sementara sebagian lain melakukan hal tersebut bila ada indikasi, misalnya pada perempuan dengan infeksi HIV dimana kekebalan tubuh melemah.
gb. virus taxoplasma
0 komentar:
Posting Komentar